Senin, Juni 14, 2010

Sampah Kembali Memenuhi Badan Jalan Di Bandung

BANDUNG - Sampah kembali memenuhi badan jalan di daerah Moch Toha sabtu (4/6). Sampah ini sudah menumpuk sekitar lebih dari dua pekan dan mengeluarkan bau yang sangat menyengat bahkan mulai banyak kerumunan lalat memenuhi sampah. Belum tertanganinya persoalan sampah di Kota Bandung dikhawatirkan akan memicu timbulnya berbagai bibit penyakit. Dinas Kesehatan Kota Bandung telah memprogramkan penyemprotan serangga ke 33 tempat pembuangan sampah (TPS) di Bandung sebagai antisipasi penyakit akibat tumpukan sampah. Penyemprotan itu menggunakan obat cynop sejenis obat pembasmi serangga, secara bergilir di setiap TPS.

                                              Dok. Kusuma Wardhani

Tumpukan Sampah di daerah Moch Toha

yang semakin menumpuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.

“saya tidak kuat menghirup bau yang tidak sedap dari sampah ini, kenapa harus di buang di situ. Dagangan saya kurang laris sekarang karena sampah itu dekat dengan warung nasi saya. Pelanggan jarang lagi datang kesini, mungkin karena sampah ini pelanggan ga mau makan di warung nasi saya lagi” ujar ibu ratna. “harusnya Pemkot Bandung gencar dalam mengajak warga Kota Bandung untuk peduli lingkungan. Misalnya, dengan selalu mengingatkan masyarakat akan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sampah, menyelenggarakn gerak jalan untuk membersihkan lingkungan atau operasi semut membuang sampah-sampah yang berserakan” ujar ibu ratna

Sampah-sampah di Bandung

Kota Bandung terkenal dengan moto "Bandung Bermartabat". Bermartabat adalah kependekan dari bersih, makmur, taat, dan bersahabat. Diharapkan dengan adanya moto tersebut akan membangun Kota Bandung menjadi kota yang lebih baik dan ramah lingkungan dan menjadikan lingkungan kota yang bersih, bebas dari sampah, dan dipenuhi oleh pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang menyegarkan lingkungan. Namun akhir-akhir ini terulang kembali di sudut-sudut kota terlihat banyak gundukan sampah yang sudah menggunung. Sampah-sampah yang mengganggu pemandangan itu berserakan di mana-mana. Tidak tanggung-tanggung, ternyata di lingkungan sekolah dasar pasawahan saja sampah sudah mulai berserakan, yang menyebabkan rusaknya keindahan.
Dari aspek politik, Pemkot Bandung telah mengeluarkan Perda K3 (kebersihan, keindahan, dan ketertiban). Padahal dengan diberlakukannya Perda K3 ini, pemkot berharap masyarakat akan lebih peduli lingkungan. Tapi bila melihat belum ada keseriusan dari pemkot dan masyarakat. Dalam ketentuan Perda K3, dijelaskan bahwa jika ada yang melanggar Perda K3, misalnya membuang sampah sembarangan, akan dikenakan denda. Namun, rupanya hal ini tidak begitu diperhatikan betul. Oleh karena itu, keseriusan dan ketegasan dari Pemkot Bandung mengenai Perda K3 harus lebih ditingkatkan.
Persoalan sampah yang ada di Bandung tak kunjung terselesaikan, apakah masyarakat Bandung akan diam saja dan membiarkan sampah-sampah semakin memenuhi badan jalan yang ada di Bandung. Produksi sampah warga Kota Bandung baik sampah organik maupun nonorganik setiap harinya mencapai 7.500 meter kubik. Sementara sampah di wilayah Kabupaten Bandung setiap hari mencapai 8.000 m3. Sedangkan volume sampah Kota Cimahi rata-rata 400 m3/hari.
Mungkinkah volume sampah warga Bandung semakin meningkat akhir-akhir ini? Atau, memang ada permasalahan pelik yang sedang dihadapi pemerintah kota Bandung mengenai sampah?. Situs kompas.com mengungkapkan bahwa volume sampah warga kota Bandung setiap harinya mencapai angka 3.677.377 meter kubik. Dari jumlah itu, hanya sekitar 82 persen yang bisa terangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Bandung.
Warga kota Bandung harus menjadi bagian solution maker untuk menyelesaikan masalah sampah ini dan ikut bekerja sama untuk menjadikan Kota Bandung bersih dan hijau kembali. Partisipasi warga sangatlah penting dengan membuang sampah pada tempatnya atau pun membakar sampah agar tidak ada lagi sampah yang berserakan, ini sangat membantu beban pemerintah dalam menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. Saat ini kerumunan lalat semakin terlihat di sejumlah kawasan di Kota Bandung. Belum tertanganinya persoalan sampah di Kota Bandung dikhawatirkan akan memicu timbulnya berbagai bibit penyakit. Dinas Kesehatan Kota Bandung telah memprogramkan penyemprotan serangga ke 33 tempat pembuangan sampah (TPS) di Bandung sebagai antisipasi penyakit akibat tumpukan sampah. Penyemprotan itu menggunakan obat cynop sejenis obat pembasmi serangga, secara bergilir di setiap TPS. Pihak Dinas telah menyediakan anggaran puluhan juta rupiah untuk program penyemprotan lalat itu. Namun apakah persoalan sampah ini bisa terselesaikan dengan program penyemprotan obat cynop saja? Namun kenyataan yang terlihat saat ini, masih ada tumpukan sampah di berbagai tempat  di Kota Bandung salah satunya yang terletak di dekat Sekolah Dasar Pasawahan Kabupaten Bandung, sampah ini menumpuk begitu saja tanpa diangkut hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi anak-anak Sekolah Dasar tersebut karena dengan bau yang tidak sedap inilah bisa membuat anak-anak Sekolah Dasar Pasawahan ini mudah terserang penyakit, bahkan lalat-lalat yang berkerumun di sampah tersebut bisa saja hinggap di makanan atau jajanan yang biasa dikonsumsi siswa SD tersebut. Apakah tindakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah ini?
Pemkot Bandung telah berpikir maju dengan melibatkan tenaga ahli dalam penanganan sampah. Pada umumnya kota-kota besar dalam pembuangan sampah selalu mengotori tetangganya, misalnya Kota Bandung dan Cimahi membuang sampah di Kabupaten Bandung, Jakarta membuang sampah di Bekasi.  Saat ini Pemkot hanya memikirkan membuang sampah dan tidak memikirkan memanfaatkan sampah dan sifat pembuangan sampah hanya ditumpuk di suatu lokasi tanpa pengolahan sama sekali. Akibatnya yang terjadi disamping bau tidak sedap dan kemungkinan bencana longsor.. Padahal dari sampah banyak bermunculan jutawan sampai milyader baru, hanya dengan memilah sampah-sampah dan mengolahnya menjadi bahan yang berguna bagi masyarakat.
Pemkot Bandung tentu saja menangkap peluang tersebut dengan berencana mengolah sampah menjadi tenaga listrik. Betul-betul pemikiran yang sangat bagus dalam mengatasi problem sampah di kota besar. Untuk melaksanakan hal ini Pemkot tidak melakukan dengan gegabah, mereka bekerja sama dengan ITB dalam perencanaan dan pengelolaannya.
Dilihat dari tingkat kedisiplinan, warga Bandung masih dinilai rendah terhadap masalah sampah. Padahal sampah adalah masalah bersama warga Bandung. Untuk itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan perlu diperhatikan. Mungkin sebaiknya pihak pemkot sendiri yang langsung memberikan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat secara langsung, agar masyarakat menjadi sadar dan peduli lingkungan. Pendidikan sampah perlu diterapkan. Pendidikan sampah bertujuan memahamkan ilmu dan teknologi sampah pada masyarakat. Jadi, pendidikan membuang sampah pada tempatnya serta mengolah sampah secara benar harus ditanamkan sejak usia dini. Hal itu dianjurkan agar kebiasaan buruk yang dilakukan orang-orang bisa dikurangi dan dihentikan.
Untuk memudahkan mengolah sampah sebaiknya sampah organik dan sampah anorganik dipisahkan karena jika sudah tercampur akan sulit untuk diolah. Yang termasuk sampah organik yaitu sampah-sampah basah, seperti sisa-sisa makanan, daun-daunan, dll. Sampah anorganik seperti plastik, kertas, karton, botol, dll. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi benda yang bermanfaat dan yang terpenting tidak menjadi sampah. Memang disudut-sudut kota telah ada tempat sampah yang memisahkan antara sampah organic dan anorganik namun kembali lagi pada masyarakat yang kurang disiplin terhadap permasalahan sampah ini. Masih saja ada masyarakat yang tidak teratur membuang sampah seperti sampah organic di buang ke sampah anorganik, begitupun sebaliknya sampak anorganik di buang ke sampah organic. Ini dapat menyulitkan pemerintah, seharusnya masyarakat dapat bekerja sama dengan baik agar permasalahan ini dapat terselesaikan segera.
Pemkot Bandung harus gencar dalam mengajak warga Kota Bandung untuk peduli lingkungan. Misalnya, dengan selalu mengingatkan masyarakat akan bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan sampah, menyelenggarakn gerak jalan untuk membersihkan lingkungan atau operasi semut membuang sampah-sampah yang berserakan. Pemkot juga harus memfasilitasi Kota Bandung sebaik-baiknya, seperti menyediakan tempat sampah di tempat-tempat strategis.

Senin, Maret 09, 2009

WASPADA PUNCAK DEMAM BERDARAH MARET-MEI

Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) pada kurun waktu 1 januari hingga 4 maret 2009 telah menembus angka 5.517 kasus. ”jumlah tersebut diperkirakan bakal terus bertambah karena puncak DBD terjadi pada Maret hingga Mei.

Seperti yang dikatakan koran tempo, untuk menurunkan kasus demam berdarah, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan fogging, Umar Fahmi Achmadi, ahli kesehatan masyarakat dari Universita Indonesia. Menurut Umar, fogging tidak efektif lantaran hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa. Padahal berdasarkan temuan terbaru, saat nyamuk berada pada siklus telur menjadi larva, virus penyebab DBD telah terkandung di dalammnya.

Demikian berita yang dapat saya sampaikan dari Loran Tempo edisi Jumat 6 maret 2009

Kamis, November 06, 2008

Pedoman pemakaian bahasa dalam pers



a. W aratawan hendaknya secra konsekuen melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol dalam surat kabar ini ialah kesalahan ejaan.

b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim. Kalau pun ia harus menulis akronim, maka satu akali ia harus menjelasakan dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.

c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam kepala berita meningat keterbatasan ruangan. Akan tetapi pemenggalan jangan samapai dipukulratakan sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita.

d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek. Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip yang harus dipegang ialah ”satu gagasan atau satu ide dalam satu kalimat”.

e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam trnsisi berita seperti kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.

f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah (kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.

g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif (me).

h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalupun terpaksa menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan maksudnya.

i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.

j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.

Minggu, Oktober 26, 2008

Bahasa Jurnalistik

ASM. Romli



Posisi Bahasa Jurnalistik

1. Alat komunikasi khusus media kepada audiense
2. Subsistem
3. Sebagai lab bahasa bagi masyarakat sekaligus trend center



Karakter Bahasa Jurnalistik

1.Singkat, menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2.Padat, dalam kata dan kalimat pendek mampu menyampaikan informasi lengkap, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata, Kalimat pendek lebih mudah dimengerti.

3.Sederhana: (a) memilih kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks; (b) menggunakan bahasa orang awam, menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah.

4.Lugas, mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5.Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.

6.Jelas, mudah dipahami, tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigue) atau tidak menggunakan bahasa kiasan (konotatif), menggunakan kata-kata yang dipahami orang banyak.

7.Hemat kata, prinsip ekonomi kata (economy of words), yaitu menggunakan sesedikit mungkin kata-kata untuk menginformasikan banyak hal, kemudian - lalu; sekarang - kini; kurang lebih – sekitar.

8.Dinamis, tidak monoton. Misal, ketika menulis nama tokoh yang disebut berulang-ulang, kemukakan sebutan atau jabatan lain (atribusi) tokoh tersebut.

9.Membatasi Akronim. Kalaupun harus menulisnya, maka satu kali pada awal tulisan harus dijelaskan dalam tanda kurung kepanjangannya.

10.Kata Mubazir dan Kata Jenuh - Dalam bahasa jurnalistik dikenal istilah Kata Mubazir dan Kata Jenuh. Keduanya harus dihindari dalam penulisan.

11. Kata Mubazir, yaitu kata-kata yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat, seperti “adalah” (kata kopula), “telah” (petunjuk masa lampau), “untuk” (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), “dari” (sebagai terjemahan of dalam bahasa Inggris), “bahwa” (sebagai kata sambung), dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.



Drs. Haris Sumadiria, Msi



Bahasa Jurnalistik
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya Latihan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia ( KLW PWI ) di Jawa Timur ( 1978 ), bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam hari-harian dan majalah. Dengan fungsi yang demikan itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat dapat menikmati isinya. Bahasa Jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Enurut Jus Badudu, bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.
Berbeda dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois dan elitis, bahasa jurnalistik justru sangat demokratis dan populis. Disebut demokratis, karena dalam bahasa jurnalistik tidak dikenal istilah tingkat, pangkat, dan kasta, sebagai contoh, kucing makan saya, saya makan, guru makan, gubernur makan, menteri makan, presiden makan. Semua diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggalkan derajatnya. Disebut populis, karena bahasa jurnalstik menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si tokoh dan si awam, si pejabat dan si jelata, sipintar dan si bodoh, si pelajar dan (maaf) si kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semu lapisan masyarakat di kota dan di desa, di gunung dan di lembah di darat dan dilaut. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang dianakemaskan atau dinaktirikan oleh bahasa jurnalistik.

Sabtu, September 20, 2008

Mudik sudah menjadi fenomena tiap penghujung bulan suci Ramadan.

Mudik adalah sebuah tradisi turun temurun dari zaman dulu, kebiasaan pulang kampung ini selalu dilakukan bagi orang-orang yang hijrah dari kampung mereka ke kota lain rata-rata untuk mencari pekerjaan. Sebelum hari raya idul fitri datang orang-orang berbodong-bodong membeli tiket agar tidak kehabisan.

2 minggu sebelum idul fitri orang-orang sudah mulai meninggalkan aktifitas pekerjaan mereka untuk pulang kampung. Inilah dimulainya kemacetan lalu lintas jalur darat, yang ditakutkan bagi sebagian orang dari kemacetan ini adalah sering terjadinya kecelakaan lalu lintas, meskipun banyak sekali petugas yang diturunkan namun tetap saja kecelakaan tidak bisa dihindari, ini dikarenakan pengendara kurang mematuhi lalu lintas atau pengendara kurang konsentrasi dalam mengemudi.

Tahun kemarin banyak sekali pasilitas bagi para pemudik untuk beristirahat sejenak, seperti pos polisi atau pos telefon seluler yang menyediakan fasilitas yang cukup nyaman bagi para pemudik yang ingin beristirahat, kesempatan digunakan bagi perusahaan seluler untuk mempromosikan perusahaan mereka kepada para pemudik, seperti kartu perdana atau fasi;litas lainnya yang perusahaan tersebut tawarkan. Apakah tahun ini akan ada lagi fasilitas seperti itu, kita lihat saja nanti di penghujung bulan suci ramadhan.

Jumat, September 19, 2008

Training Retorika Dakwah dan Jurnalistik Dakwah

KIK Pusdai Jabar menyelenggarakan seminar training retorika dakwah dan training jurnalistik dakwah diselenggarakan pada 12-13 dan 19-20 September 2008 pukul 08:00-17:30 WIB di ruang seminar Pusdai Jabar Jln. Ponegoro 63 Bandung dengan pemateri H.Asep S. Muhtadi, H.Usep Romli HM, AS. Haris Sumadiria, dan ASM Romli. Materi yang disampaikan berhubungan dengan komunikasi dan kejurnalistikan diantaranya pembahasan tentang teknis menulis, artikel dakwah, dan ada juga teknik reportase.